ENERGI DARI KOTORAN SAPI UNTUK MASAK, PENERANGAN DAN LEMARI PENDINGIN
Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Pepatah itu dilaksanakan oleh
Kelompok Alam Lestari Cangkola, Sumatera Barat yang jauh-jauh melakukan studi banding
ke Yogyakarta, Magelang, dan Banjarnegara.
Kelompok Alam Lestari Cangkola, Sumatera Barat yang jauh-jauh melakukan studi banding
ke Yogyakarta, Magelang, dan Banjarnegara.
Keinginan peserta musyarawah Jurong Gantiang Koto Tuo yang ingin melepaskan diri dari ketergantungan pada bahan bakar minyak dan kayu bakar makin menguat. Sementara para petani Jorong Gantiang Koto Tuo yang sudah lama mempraktikkan pertanian organik belum puas melihat hasilnya.
Beberapa petani di Jorong Gantiang Koto Tuo melakukan studi banding ke lahan Institut Pertanian Organik (IPO) di Aia Angek yang dibangun oleh Kepala Dinas Pertanian Tingkat I Sumatera Barat. Lalu pada 11 Februari 2007, beberapa orang petani mengikatkan diri dalam sebuah kelompok yang akan menerapkan pertanian alami di Jorong. Mereka memberi nama kelompok itu Alam Lestari.
Kemudian kelompok melakukan studi banding pertanian organik ke Banjarnegara, dan belajar teknologi Biogas di Yogyakarta. Lembaga Ekonomi Jorong memilih tiga orangn petani, Bulkanedi Sati Batuah, Yotri St. Batuah, dan Analis untuk mengikuti studi banding tersebut.
Foto diambil dari Kompas, Oktober 2007
"Pada prinsipnya pembangunan instalasi biogas untuk segala jenis kotoran sama, yang membedakan hanya jenis pembuangannya saja," jelas Nining Community Organizer yang mendampingi Jorong Gantiang Koto Tuo, Sumatera Barat. Instalasi biogas dari kotoran manusia lebih rumit dibandingkan bangunan biogas dari limbah lainnya. "Kotoran manusia mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sehingga dibutuhkan bak-bak penyaringan untuk menyaring ampas buangan tersebut sebelum di salurkan ke sungai".
Untuk membangun sebuah instalasi biogas (Biodigester) yang bisa memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, sebuah rumah tangga harus memiliki minimal 3 ekor sapi. Energi dari tiga ekor sapi ini bisa dimanfaatkan untuk memasak, memanaskan air, penerangan (lampu petromaks) dan untuk lemari pendingin.
"Kotoran Ayam yang dipelihara secara konvensional, tidak baik digunakan sebagai pupuk," ujar Nining. "Karena makanan ayam ini mengandung bahan kimia sehingga sulit terurai dengan proses apapun".
Nah, semakin kuatlah tekad para petani untuk mempraktikkan teknik pertanian alami di kampung nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar